Agama Zoroaster (Zoroatrianism) merupakan agama kuno / purbakala bangsa Arya yang berasal dari Persia kurang lebih 2500 tahun yang lalu. Meskipun memiliki sedikit pengikut, tidak kurang dari 130.000 orang diseluruh dunia, agama ini termasuk agama tertua di dunia. Seperti halnya agama Yahudi, Kristen dan Islam agama ini juga menganut ajaran Monoteisme.
Agama Zarathustra dinamakan sesuai dengan nama pendirinya yaitu Zarathustra (660-583 SM) yang merupakan seorang nabi persia yang dikenal juga dengan Persianisme, seperti juga halnya dengan agama Ibrahim (Millata Ibrahim), agama Ishak, agama Musa, agama Daud, agama Sulaiman, dan sebagainya. Agama ini juga dekenal sebagai agama penyembah api (Magianism).
Agama itu bermula tumbuh di dalam wilayah Azarbaijan sebelah utara Iran. Oleh karena mendapat tantangan dari bangsanya disana maka Zarathustra berangkat dan pindah menuju Balkh, ibukota wilayah Baktria di Asia tengah. Didepan balai kerajaan raja kavi Vishtaspa, dalam suatu dialog agama, ia berhasil menundukkan dan mengalahkan kaum majus (Magians) hingga raja beserta seluruh keluarganya memluk agama Zarathustra dan mengumumkannya sebagai agama resmi didalam wilayah Bakhtria.
Raja Vishtaspa itu, yang dalam literature di Barat dikenal dengan Kings Hystaspes, berasal dari keluarga Hakkham. Seorang cucunya yaitu Cyrus the Great (559-529 SM) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh wilayah Iran dan membangun sebuah Imperium Parsi yang dikenal dngan dinasti Hakkham (600-331 SB), dan dunia barat mengenalnya dengan dinasti Achaemenids. Ibukotanya dipindahkan dari Balkh ke kota Sussa di sebelah timur sungai Tigris, kemudian ke Persepolis (Istakhri).
Raja-raja dari dinasti Achaemenids adalah penganut agama Zarathustra sampai kepada raja Darius III (363-331 SM). Pada masa inilah imperium parsi itu ditaklukkan oleh Alexander the Great (356-323SM) dari Macedonia dan lalau berlangsung Hellenisasi yang intensif diseluruh wilayah Iran.
Setelah raja-raja Achaemenids itu pertumbuhan kekuasaannya sampai pada masa tumbangnya terbagiatas 3 tahap masa, yaitu:
1. Masa 600-550 sebelum masehi, yaitu dalam mansa 150 tahun merupakan masa pertumbuhan kekuasaan dan pengembangan agama Zarathustra.
2. Masa 550-486 sebelum masehi, yaitu dalam masa 65 tahun merupakan masa perluasan kekuasaan dan perluasan pengaruh agama Zarathustra.
3. Masa 486-331 sebelum masehi, yaitu dalam masa 156 tahun merupakan masa sengketa yang terus menerus dengan pihak Grik.
Di dalam wilayah yang luas ini berlangsung Hellenisasi, pemaksaan akan kebudayaan Grik, mithologi Grik, serta Filsafat Grik, dan di anak benua India mereka meninggalkan jejaknya berupa seni pahat patung. Dengan berlangsungnya Hellenisasi sekitar 5 abad lamanya di wilayah Iran, dibawah dinasti Seleucids (248-226 SM) maka bahasa Iran tua pun lenyap dari pergaulan sehari-hari digantikan oleh bahasa pahlevi tua, yaitu perpaduan antara bahasa Grik dan bahasa Iran.
Sementara itu mithologi Grik yang memuja Dewa Zeus yang melambangkan Dewa Matahari, beserta pemujaan dewa lainnya, lantas diserap oleh masyarakat seluruhnya hingga agama Zarathustra yang aslinya menganut Monotheism itu bergantikan aliran-aliran Mazdism, dan Manichaenism.
Aliran-aliran itu berkembang dan menjadi panutan rakyat pada umumnya dari abad ke abad sampai kepada masa pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan nasional Iran kembali, yaitu dibawah dinasti Sassanids (226-641 M). Diantara aliran-aliran yang paling berpengaruh bagi agama ini adalah Mazdaism yang lambat laun dikenal sebagai agama Majusi karena upacara-upacara kebaktian dilaksanakan melalaui para pendeta kuil yang disebut dengan kaum Majus (Magians).
Pada tahun 641 M, yaitu pada masa pemerintahan koshru Yesdegird III (634-641 M), kekuasaan Sassanids di tanah Iran ditumbangkan oleh kekuasaan Islam yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Dan itulah perkembangan terakhir dari agama Zarathustra sepanjang sejarahnya semenjak 12 abad lamanya, lantas terdesak oleh pengaruh agama Islam di tanah Iran.
Kitab Suci dalam agama Zarathustra
Kitab sucinya terdiri dari Dasatir dan Vesta atau Zend-Avesta. Arti Dasatir adalah buku sepuluh bagian. Das artinya sepuluh dan tir adalah bagian. Dasatir adalah bentuk jamak dari dastur, dimana berartikan hukum atau kode agama. Berasal dari akar kata avistak yang berarti bacaan, yang juga hampir bersamaan maknanya dengan Taurat dan Al-Qur’an, yaitu kitab suci agama Yahudi dan agama Islam, Sedangkan pegertian lebih lanjut dari makna Avesta adalah pengetahuan, yang hampir sama dengan makna veda, kitab suci agama brahma di India. Karena akar kata keduanya sebenarnya berasal dari satu rumpun bahasa, hal seperti biasa terjadi dalam bidang linguistic.
Dasatir dibagi menjadi menjadi 2 bagian yaitu: Khurda Dasatir dan Klan Dasatir. Avesta lebih lanjut dibagi menjadi Khurda avesta dan kalan Avesta yang juga dikenal dengan Zend- atau Maha-Zend. Kitab suci Persi ditemukan dalam 2 bahasa: Pahlawi (Naskah Pahlawi mirip dengan naskah Persia sekarang) dan Zendi. Disamping kedua naskah itu, beberapa literature religious atau tulisan kesusteraan tertulis dan ditemukan dalam tulisan kuno yang masih berbentuk baji.
Beberapa orang Persi menganggap Zend Avesta lebih otentik daripada dasatir sedangkan sebagian menganggap Dasatir olebih otentik. Zend Avesta dibagi dalam 3 bagian: Bagian pertama berisi Vendid, bagian kedua berisi Sirozahs, Yashts, dan Nyays, dan bagian terakhir berisi Gathas, Yasha, Visparid, Afrinagan Gahs dan lain-lain.
Sebagaimana Alkitab (Biblia) yang merupakan himpunan kitab suci agama yahudi yang terdiri dari 36 kitab, yang oleh dunia Kristen dikenal dengan perjanjian lama (old testament), maka kitab suci Avesta itu dahulunya terdirinya atas 21 buah kitab, tetapi kini Cuma tinggal 5 buah kitab saja, yaitu :
1. Yasna, terdiri dari 72 buah Haiti (fasal) yang kesemuanya terbagi menjadi 3 bagian:
1) Bagian pengantar , yaitu fasal 1-27 tentang minuman suci yang disebut Hooma.
2) Gatha’ ialah fasal 28-54, berisikan bimbingan dan tuntunan.
3) APERO YASNO / yasna, ialah fasal 55-72, berisikan himpunan nyanyian pujaan terhadap kodrat-kodrat ghaib.
2. Vispered, bermakan kodrat-kodrat terkemuka berisikan pembahasan tentang kodrat-kodrat gaib yang terpandang paling terkemuka dan yang semuanya itu tunduk kepada kodrat Tunggal yang Maha Bijaksana (Ahura Mazda).
3. Vendibad, berisikan hukum-hukum agama yang berisikan hukum-hukum agama terdiri atas 22 buah fargard (bab)
4. Yasht, berisikan kumpilan nyanyian keagamaan (hymns) terhadap para Izad, yakni kodrat-kodrat ghaib yang mulia, berisikan 21 buah nyanyian lagu pujian.
5. Khorda Avesta, atau avesta kecil yang berisikan kumpulan nyanyian agamawi berbentuk singkat untuk digunakan oleh seluruh orang yang beriman dari kalangan awwam, didalam kebaktian sehari-hari.
Tentang kitab suci avesta yang terdiri dari 21 buah kitab itu, manurut Pahlavi-Dikard, Cuma ada dua buah naskah saja pada masa purbakala itu, tatkala pasukan besar Grik dibawah pimpinana Alexander the Great pada tahun 331 sebelum Masehi menyerbu dan menaklukkan imperium parsi ditanah Iran, maka terjadilah bencana yang Mahadahsyat. Ibukota Perseopolis dihancurkan, dan seluruh literature Iran tua dimusnahkan dan penggunaan bahasa Grik dipaksakan, pemujaan atas dewa-dewa (Paganism) menurut mithologi Grik tua itu disebarluaskan dalam kalangan rakyat taklukkan itu.
Mengenai naskah lengkap dari kitab suci avesta yang 2 buah itu, maka sebuah diantaranya dimusnahkan, dan yang sebuah lagi dikirimkan oleh Alexander the Great kepada gurunya Aristotles (384-322 SM) di Athena, lantas nasib naskah tersebut tidak diketahui lagi keberadaannaya.
Pengaruh kebudayaan Grik ditanah Iran itu berkelanjutan sampai 5 abad lamanya. Sampai awal abad ke 2 Masehi, dibawah dinasti Seleucids dan dinasti Arcasids. Sampai saat ini Cuma sebuah kitab saja yang agak utuh yaitu kitab ke XIX, kitab Vendidad, berisikan hukum-hukum didalam agama Zarathustra.
Penyusunan kembali tidak lagi menggunakan bahasa Iran tua akan tetapi dalam bahasa Pahlevi tua, karena bahasa Iran tua sudah tidak dikanal lagi oleh masyarakat umum kecuali sedikit dari kaum terpelajar. Oleh karena kumpulan yang ada itu terdiri dari kepingan-kepingan (Fragment) yang tidak teratur, mau tidak mau terpaksa diciptakan ayat-ayat baru guna melengkapi urutan ayat-ayat pada suatu fasal. Dan dengan cara serupa maka tersusun 5 buah kitab yang ada sekarang ini,dan itulah yang kini dinyatakan sebagai kitab suci Avesta. Sesudah kitab suci Avesta yang baru terbentuk nasib dari kepingan-kepingan naskah aslinya tidak diketahui keberadaannya.
Keyakinan tua Iran.
Penduduk Iran Tua itu merupakan keturunan darah Arya yang melakukan perpindahan pada zaman purbakala kea rah selatan, yaitu tanah Iran dan tanah India. Seperti halnya kaum primitive lainnya , mereka masih terikat pada kodra-kodrat alami.
Kelompok-kelompok pengmbara yang berdiam pada padang-padang pengembalaan di tanah Iran, dimana Air dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang sangat penting, maka sudah wajar apabila Dewa Air mendapat kedudukan dibawah dewa Api. Disamping itu dipuja juga dewa Bumi beserta dewa-dewa lainnya. Jadi kodrat-kodrat yang sangat dipuja adalah yang menguasai ketiga unsur tersebut.
Keyakinan tua tersebut diwarisi tutun temurun dalam perkembangan bangsa Iran tua. Kuil-kuil bagian pemujaan dewa Api berdiri disan-sini, dikenal dengan kuil Api ( Fire Temples) dan upacara-upacara pemujaan diselenggarakan melalui para pendeta (priest) yang dipanggil Majus (Magians), hingga keyakinan tua itu lebih dikenal dengan: keyakinana Majusi.
Kelahiran Zarathustra
Sebelah Utara tanah Iran, didalam kota Azarbaijan, tinggal seorang lelaki bernama Porushop Spitama, dari suku spitama, bersama istrinya Dughdova yang cantik jelita yang ketika itu masih berusia 15 tahun, lebih kurang pada tahun 660 SM, isterinya yang belum dijamah suaminya itu melahirkan seorang putera yang diberi nama Zarathustra.
Pada saat kelahiran bayi itu kepala kaum majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak gemetar ketakutan amat sangat dan beroleh firasat bahwa seorang bayi baru telah lahir kedunia yang kelak akan menghancurkan agama majusi beserta pemujaaan berhala dan akan memusnahkan kaum majus dari permukaan bumi.
Khalwat Zarathustra
Zaratahustra sewaktu masih kecil diceritakan sagat cerdas dan tangkas bicara sehingga teman-temannya sangat segan kepadanya. Dalam usia 15 tahun ia memproleh costi (ikat pinggang suci = sacred girdle) sebagai tanda lulus pelajaran keagamaan, tetapi ia tidak merasa puas dan yakin akan ajaran keagamaan yang dipelajarinya itu. Menjelang umur 20 tahun ia gemar mengembara kesana kemari serta memberikan bantuan kepada orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia 20 tahun ia pun dikawainkan oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
Masa 10 tahun berikutnya dilaluinya dengan kegelisahan di dalam jiwanya. Saat usianya 30 tahun terjadilah sebuah titik balik yang sangat menentukan. Pada suatu hari ia berkata kepada istrinya : “ saya akan pergi berkhalwat untuk memproleh ketentraman pikiran. Saya berharap dapat menemukan sumber penderitaan di Dunia Ini.” Dan ia pun berkhalwat dalams ebuah gua pada Gunung Sabalan dan disitulah ia meproleh pencerahan dan Ilham dari Ahura Mazda.
Zarathustra terpaksa pindah
Masa 10 tahun berikutnya dilewatinya untuk menyebarkan agama barunya tersebut ke kota kelahirannya di wilayah utara Iran. Tetapi dalam masa tersebut hanya seorang saja yang beriman di kota kelahirannya tersebut, disebabkan tantangan yang sengit dikiri dan kanan. Ia mengajarkan tentang kodrat Maha Tunggal yang bijaksana yang tak dapat disaksikan dan dilihat dan diraba, dan hal tersebut direspon dengan ejekan dan penghinaan, ia banyak bersabar dan terus memprcayai janji dari Ahura Mazda, hingga pada akhirnya ia memanjatkan permohonana dan lalu keluar perintah supaya hijrah dari situ, ia pun hijrah ke daerah Balk di Asia tengah.
Dakwah di kota Balkh
Balkh adalah ibukota wilayah Baktria (Bactria), terletak dalam wilayah Asia tengah, berbatasan dengan kerajaan Turania. Kota tersebut diganti namanya saat penaklukkan oleh Alexandr the Great dengan nama Alexander arion, dan saat bangkitnya kembali kekuasaan nasional bagsa Iran dibawah dinasti Sassanids diganti namanya seperti semula Balkh.
Zarathustra datang kesana dan melakukan tantangan terhadap sekalian ilmuan dan agamawan yang ada. Laju Raja memanggil mereka dan terjadilah perdebatan yang sangat sengit 3 hari 3 malam lamanya dibalai yang disaksikan raja. Disanalah ia bisa mematahkan segenap pendirian lawannya.
Setiap orang yang beriman itu dipanggil Madryasnan dan setiap yang menetang dan meyangkal disebut Kharfaster. Masa 20 tahun terakhir dalam hidupnya ia diliputi kegiatan yang tiada taranya. Mulai dari peperangan dengan raja-raja disekitar Bakhtria dimana ia menjanjikan bantuan Tuhan kepada raja Vishtaspa. Tantangan paling sengit datang dari raja Turania, dan terjadilah peperangan yang dahsyat antara kedua kerajaan tersebut. Dan konon pada saat serangan itulah Zarathustra meninggal ditikam oleh askar Turania dan wafat pada usia 77 tahun. Berita keamtian tersebut membangkitakan semangat berani mati pasukan raja Vishtaspa sehingga mereka dapat merebut kembali kota Balkh dari raja Turania. Zarathustra sewaktu wafatnya meniggalkan 3 istri, 3 puteri, dan 3 putra.
Keyakinan tentang Ahura Mazda
Pengakuan keimanan (credo=Syahadat) yang harus diucapakan setiap orang yang beriman dalam agama Zarathustra. Keimanan yang paling pokok dalam agama ini adalah pengakuan terhadap Ahura Mazda, terhadap kodrat yang maha tunggal dan maha bijaksana.
Menurut Zarathustra alamsemesta ini dikuasai oleh kodrat Maha Bijaksana (Ahura Mazda) yang Maha bijaksana senantiasa berhadapan dengan kodrat angkara murka (angro mainyu). Agar manusia memproleh keselamatan haruslah menundukkan diri sepenuhnya kepada Ahura Mazda. Dan dalam gua itulah ia memproleh jabatan kerasulannya. Ia menyambut gelar kerasulannya dengan kesediaan diri untuk mengorbankan apapun juga, untuk siapapun juga demi penyebaran agama tersebut, dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Ahura Mazda dan hanya mempercayai Ahura Mazda saja.
Menurutnya Ahura Mazda berdiri sebagai Tuhan dalam pengertian Monoteism sacara langsung. Inti ajaran Zorotrianism adalah pertarungan antara kebajikan dan kejahatan, dimana bumi merupakan medan pertempuran tempat berlangsungnya pertempuran besar antara spenta Mainyu, roh kebajikan, dan roh kejahatan, Angra Mainyu. Ahura Mazda menyerukan agar manusia ikut berjuang dalam perang dengan mengabdi kepada jalan pikiran, ucapan dan perbuatan baik. Dan setiap manusia akan diadili sesuai dengan seberapa jauh ia telah berjuang.
Zarathustra membuat beberapa syair puji-pujian yang disebut GHATA, yang dihimpun dalam kitab suci AVESTA. Menurut Avesta dunia akan berakhir dengan kebakaran besar, dan hanya yang berbuat kebajikan yang akan hidup kembali di alam yang baru.
Sampai saat itu tiba, semua orang yang mati diharuskan melewati titian atau jembatan penentuan. Orang yang baik akan selamat tiba di seberang menugggu datangnya saat tersebut di sorga. Yang berbuat jahat menunggu di neraka.
Ahura Mazda itu dalam kitab suci Avesta itu disebutkan sebagai:
1. Creator, sang Pencipta
2. All seeing, Maha Melihat
3. Most Mighty, Greatest atau yang maha kuasa
4. Most Beneficent, yang Maha Murah
5. All Knowing, Maha Tahu
6. Most Bountiful, Maha Asih
Daftar yang lebih panjang berisikan 101 buah nama terbaik dari Ahura Mazda.
Kodrat-kodrat rohani itu terbagi kedalam 2 golongan Spenta Mainyu dan Angra Mainyu. Spenta Mainyu itu bermakana mainyu yang baik, dan para penganutnya itu disebut ahuras, sedangkan angra mainyu berarti yang angkara / jahat, adapun pengikutnya disebut daevas.
Ajaran tentang Eskatologi
Eskatologi (eschatology) berasal dari kata Grik eschatos bermakna: akhir keseluruhan. Yang maksudnya: ajaran atau doktrin tentang akhir segala perkara, tentang maut, tentang kebangkitan kembali, tentang peradilan terakhir, dan tentang hidup kekal selanjutnya, sebagaimana hampir seluruh agama memiliki doktrin serupa.
Menjelang akhir zaman akan turun 3 juru selamat yaitu: Aushedar, Aushedar-mah, dan yang terakhir Shayoshant. Kedatangan ketiganya akan menegakkan keadilan dan memusnahklan kezaliaman. Wallahu ‘alam bishsawab.
terima kasih untuk info mengenai agama Zoroaster
BalasHapus