Rabu, 19 Oktober 2011

ANSELM DAN ARGUMEN ONTOLOGISNYA

Pengantar
Pembuktian ontologis eksistensi Tuhan adalah salah satu usaha untuk membuktikan eksistensi Tuhan yang paling termasyur dan kontroversi. Banyak filosof besar membahasnya. Orang yang pertama kali mengemukakan hal ini adalah Anselmus, seorang biarawan Benediktin yang menjadi abbas (pemimpin) biaranya dan kemudian menjadi Uskup Agung di Canterbury di Inggris.
Argumentasi Anselmus, “Allah adalah pengada yang tidak dapat dipikirkan sesuatu yang lebih besar daripadanya” (id quo majus cogitari nequit). Namun, sesuatu yang tidak dapat dipikirkan sesuatu yang lebih besar daripadanya tentu bereksistensi dalam kenyataan dan bukan hanya dalam pikiran, karena kalau eksistensinya hanya dalam pikiran orang yang memikirkannya, maka tentu ada sesuatu yang lebih besar yang dapat dipikirkan daripadanya yaitu yang nyata-nyata ada di luar pikiran. Maka, mengingat kita dapat memikirkan Tuhan sebagai sesuatu yang tidak dapat dipikirkan sesuatu yang besar daripadanya, maka Tuhan mesti bereksistensi dalam kenyataan. Jadi eksistensi Tuhan tidak dapat disangkal. Meskipun pemikiran ini bertolak dari logika pemikiran.

Berkenalan Dengan Sang Tokoh
Anselmus (1033-1109), adalah seorang Italia yang menjadi uskup besar di Canterburry (Inggris), ialah ahli theologia yang kenamaan yang harus disebut pertama-tama. Semboyannya adalah: Aku percaya supaya aku dimengerti. Ia mulai percaya kepada segala penyataan Tuhan yang diajarkan oleh Gereja, tetapi sesudah itu ia berusaha untuk menjelaskan segala pasal keprcayaan itu, sehingga diakui selaku kebenaran oleh otak manusia. Umpamanya, diusahakan memberi bukti tentang adanya Allah. Uraiannya begini: Allah dapat dipikirkan oleh manusia sebagai zat yang termulia dan terindah. Kalau begitu, tentulah Allah harus ada, sebab apabila Allah hanya dipikirkan saja, tetapi bukan benar-benar ada, maka ia bukanlah zat termulia dan terindah.
Akan tetapi uraian Anselmus yang termashur ialah kitabnya yang dinamai “Apa sebabnya Allah menjadi manusia?” (bahasa Latin: Cur Deus Homo) Anselmus menampilkan teori tentang bagaimana kematian Kristus di kayu salib, yang mendamaikan manusia dengan Allah. Allah, kata Anselmus, adalah Tuhan alam semesta, suatu Dzat yang kehormatan-Nya tersinggung oleh dosa manusia. Meskipun Ia ingin mengampuni manusia, agar ketertiban moral pulih kembali di jagat raya, Ia tak dapat begitu saja "menutup mata" atas dosa. Harus diadakan pengorbanan, sesuatu yang setimpal dengan pelanggaran itu. Karena dosa itu berasal dari manusia, pengorbanan itu juga harus dilakukan oleh manusia. Namun manusia tidak dapat mempersembahkan pengorbanan setimpal. Ide Anselmus ini dikenal sebagai "Teori Pengorbanan" bagi penebusan. Sampai saat ini, teori tersebut merupakan penjelasan teologi terkenal tentang karya penebusan Kristus.
Didalamnya ia mencoba membuktikan, bahwa perlunya kedatangan Yesus ke Dunia (inkarnasi Yesus) dan kematian Yesus harus diakui oleh akal budi. Penjelasannya adalah sebagai berikut, Kemuliaan Tuhan telah digelapkan oleh kejatuhan-kejatuhan malaikat-malaikat. Manusia yang diciptakan oleh tuhan untuk mengganti malaikat-malaikat itu, jatuh juga kedalam dosa, sehingga keagungan dan kehormatan Tuhan dihinakan pula.
Keadilan Tuhan menuntut hukuman dan penebusan karena kedurhakaan itu. Tetapi jikalau manusia dihukum menurut dosannya, ia harus dan pasti mati dan binasa sampai kekal, dikarenakan banyaknya dosa yang diperbuat manusia, Hal ini tidak disukai oleh Tuhan, karena Ia bukan adil saja tetapi maha murah pula. Lagi pula kalaupun manusia dihukum mati, dosanya belum ditebus, atau hutangnya belum dilunaskan maka akan tetap ada. Akan tetapi manusia yang lemah dan berdosa itu tidak sanggup membayar hutang itu untuk dapat memulihkan dan mengembalikan kemuliaan dan kehormatan Tuhan. Jadi pertama-tama, Tuhan mengasihi manusia dan tak mau jika makhlukNya yang terindah itu binasa kelak, dan kedua dosa manusia hanyalah dapat ditebus oleh suatu zat yang lebih suci dari manusia itu. Kesimpulannya jelas, tak ada jalan lain, melainkan Tuhan sendiri turun dari sorga dan menjelma dalam anak-Nya, Yesus Kristus, supaya hukuman manusia ditanggungNya sendiri, dan supaya Ia dapat membayar hutang dosa ganti (bawaan) manusia. Dengan jalan itu baik keadilan, baik rahmat dan kasih Allah digenapi dan terpenuhi. Pandangan ini berpengaruh besar dalam theology Gereja pada masa kemudian. Sebenarnya rahmat Allah, yang dinyatakan dalam pekerjaan Kristus, mengatasi pengertian akal budi kita, bahkan tetap menjadi suatu mukjizat yang tak terduga.

Hidup Anselm dan latar belakang Agustinian
Anselmus, lahir di Alpen, Italia, sekitar tahun 1033. Ia menolak keinginan ayahnya agar ia meniti karir di bidang politik dan mengembara keliling Eropa untuk beberapa tahun lamanya. Kehidupan Anselm kurang ditandai oleh kegelisahan batin seperti yang dialami St. Augustine. Anselm di saat umur yang masih muda telah memutuskan untuk memprsembahkan hidupnya bagi keyakinan Kristen, Ia adalah anak yang disiplin dan cerdas, dan di tahun 1059, ia pergi ke biara Benediktin di Bec, Normandy, yang merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan saat itu. Di tahun berikutnya , ia memasuki orde Benediktin.
Sejak awal, ia adalah pemimpin biara di Bec, dan di tahun 1078, ia memakai nama abbot, pemegang pimpinan puncak. Seperti anak-anak muda lainnya yang cerdas dan bergejolak, ia bergabung dengan biara. Pada usia 27 tahun (1060), Anselmus masuk biara Benediktin di bec, Normandia, di bawah asuhan seorang guru yang hebat, Lanfranc. Pada tahun 1066 Raja William dari Normandia menaklukkan Inggris. Pada tahun-tahun berikutnya, raja baru ini membawa banyak guru-guru Normandia beserta biarawan ke Inggris. Di antara mereka terdapat Lanfranc, yang menjadi Uskup Agung Canterbury pada tahun 1070. Anselmus mengambil tempat penasihat sebagai kepala biara Bec.
Dibawah pimpinannya, reputasi intelektual Benediktin terus meningkat. Pertumbuhan ini sebagian besar disebabkan oleh tulisannya sendiri. Anselmus tercatat telah banyak menulis banyak karya, diantaranya, Monologium, Proslogium, yang berisikan argumennya tentang eksistensi Tuhan dan dialog-dialog seperti on Free of Choice dan Fall of Satan. Dialog-dialog ini menanggapi masalah kebebasan dan kejahatan, dan kita akan menelitinya disamping memusatkan perhatian pada usaha Anselm untuk membuktikan keberadaan Tuhan.
Pada tahun 1093, William II, putra sang penakluk, mengangkat Anselmus sebagai Uskup Agung Canterbury. Namun itu bukanlah langkah yang meningkatkan hubungan gereja dan negara. Raja yang keras kepala dan agresif itu mengambil hak penempatan para pastor di kerajaannya. Anselmus, seorang yang sederhana yang ingin melindungi Gereja, tanah serta dananya dari cengkeraman para raja yang tamak, menolak hal itu. Untuk sementara waktu Uskup Agung tersebut hidup dalam pengasingan di Italia.
Ketika William mangkat, saudaranya Henry I menggantikannya. Meskipun ia meminta Anselmus kembali, "pertempuran" antara gereja dan negara tidak kunjung usai. Henry sama jahatnya dengan saudaranya, dan sekali lagi Anselmus hidup di pengasingan, ketika berada dalam pengasingan, ia telah membuktikan bahwa ia seorang teolog besar, karena pada saat itulah ia menulis karya-karyanya yang hebat.
Meskipun Anselmus mengetahui Alkitab dengan baik, tetapi ia ingin menguji kekuatan logika manusia dalam upayanya membuktikan doktrinnya. Namun selalu imanlah yang mendasari semua itu. Dalam karyanya Proslogium, yang pada awalnya berjudul Iman Mencari Pengertian (Fides Quaerens Intellectum), Anselmus membuat pernyataan terkenal, "Saya percaya agar dapat mengerti." Yang ia maksudkan dengan pernyataan itu adalah bahwa mereka yang mencari kebenaran harus beriman dahulu, tidak sebaliknya. Ia mengemukakan argumentasi ontologi (informasi yang dapat mengarah ke penemuan sesuatu yang penting) untuk percaya kepada Allah. Singkatnya, ia menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan ide mengenai suatu Dzat yang sempurna (Allah), oleh sebab itu Dzat tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak filsuf dan teolog sepanjang masa.
Anselmus membentangkan pemikirannya dalam beberapa karya, yaitu: Proslogion; Monologion; De Conceptione Virginali; De Incarnatione Verbi dan terutama dalam karyanya "Cur Deus Homo (Mengapa Allah menjadi manusia). Anselmus sebenarnya membuka zaman baru dalam sejarah teologi barat, yaitu zaman "skolastik," teologi di "sekolah," teologi ilmiah. Anselmus tidak lagi puas dengan mengulang-ulang tradisi dan meneruskan ajaran para pujangga dahulu. Sebaliknya dengan menggunakan filsafat Anselmus berusaha memperdalam (ajaran) iman melalui paham intelektual. Terkenal slogannya: "Credo ut intelligam" (saya percaya untuk memahami) atau: Fides qaerens intellectum (iman mencari pengertian). Bagi kebenaran iman, yang memang mesti diimani, Anselmus mencari apa yang disebutkannya sebagai "rattones necessariae," dasar-dasar yang tidak dapat tidak ada, supaya sesuatu ada dan dapat dipikirkan. Bagi kebenaran yang diimani ia mencari dasar yang secara rasional meyakinkan. Ini bukan "rasionalisme" oleh karena Anselmus bertitik tolak iman, kebenaran yang diimani dahulu. Untuk kebenaran yang tidak diragukan itu ia mencari dasar rasionalnya. Dengan demikian Anselmus melanjutkan apa yang boleh disebutkan sebagai "mazhab Augustinus." Anselmus memang penganut Augustinus.
Ia sepakat, bahwa setiap orang yang memahami maksud lafadz-lafadz Tuhan atau maujud Muta’al, dia akan menemukan, bahwa eksistensi semacam ini harus riil dan ada. Tuhan adalah sebuah realitas, dimana tidak ada lagi realitas lain yang lebih besar darinya yang bisa digambarkan. Karena aku bisa memahami definisi ini maka aku bisa menggambarkannya, begitulah menurutnya. Lebih dari itu, aku bisa menggambarkan Tuhan, sehingga tidak saja dia merupakan sebuah persepsi dalam pikiranku, melainkan juga sebagai sebuah eksistensi dalam realitas, yaitu ada secara mandiri dari persepsi dan pikiranku.

REFERENSI

Anggota IKAPI, Sejarah Dogma Kristologi, Perkembangan Pemikiran Tentang Yesus Kristus Pada Umat Kristen, Kansius.
Arroisi, Jarman, Teologi Kristen:Sejarah dan Perkembangannya, Diktat kuliah PTKM fak. Ushuluddin ISID.
Curtis, A.Kenneth J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, 1999.
http://id.wikipedia.org/wiki/Anselmus
http://www.imankatolik.or.id/kalender/21Apr.html
Roth, John K. Persoalan-persoalan filsafat agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta:2003.
Suseno, Franz Magnis, Menalar Tuhan, Kanisius, Yogyakarta:2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar