Rabu, 19 Oktober 2011

Memaknai Kemerdekaan

Arif Maulana

Proklamasi*
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘45
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
*Teks diatas merupakan teks asli hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.)

Merdeka!
Setiap tahun pada tanggal 17 agustus sejak diproklamirkan kemerdekaan Indonesia, rakyat indonesia merayakan hari proklamasi kemerdekaan dengan meriah dengan diadakannya berbagai macam lomba tradisional. Mulai dari lomba panjat pinang, makan kerupuk, balap bakiak, tarik tambang, sepeda lambat, balap karung, perang bantal, pemecahan balon, pengambilan koin dalam terigu, lari kelereng sampai yang bersifat ceremonial resmi macam upacara militer di istana merdeka. Semangat itu masih terasa, gelora untuk memajukan Indonesia Raya masih ada, kepedihan menahan beban ekonomi sedikit dilupakan untuk meramaikan pesta kemerdekaan Indonesia. Rasa malu sebagai akibat dari arah Indonesia yang tidak jelas sedikit terlupakan manakala menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Seluruh lapisan dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. Perlombaan maupun pertandingan yang seringkali menghiasi dan meramaikan hari proklamasi kemerdekaan diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa.
Sebenarnya kegiatan-kegiatan tersebut tidak bisa dianggap remeh, selain sebagai sarana untuk mengenang jasa para pahlawan terdahulu agar generasi muda dapat mencontoh semangat juang mereka, ia juga bisa dijadikan sebagai wujud kesyukuran atas rahmat Allah SWT yang berupa kemerdekaan (sesuatu yang selalu diinginka seluruh bangsa yang pernah terjajah). Ada bermacam hal positif yang tersirat oleh rangkaian acara tersebut, paling tidak semangat kompetisi dalam lomba bisa menularkan semangat kepada generasi sekarang agar lebih siap menghadapi kompetisi yang sesungguhnya, sehingga dapat mempertahankan kemerdekaan dan lebih dari itu agar mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif.
Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara kepulauan terluas di dunia, selain itu dalam sejarah, Indonesia tercatat sebagai negara muslim pertama di dunia yang merdeka dari penjajahan, lalu setelahnya diikuti oleh beberapa negara islam lainnya. Hal tersebut tentu sangat membanggakan mengingat belakangan Indonesia selalu dikaitkan stereotype yang kurang meng-enakkan di kalangan dunia internasioanal, diantaranya sebagai salah satu negara terkorup di dunia dengan presentasi utang yang high level.

Kemerdekaan sebagai sebuah langkah awal

Saya mengatakan kemerdekaan sebagai sebuah langkah awal karena pada saat bangsa ini merdeka ada sebuah pengakuan international akan adanya negara baru yang terbebas dari panjajahan yakni Indonesia, dan dengan pengakuan Indonesia bisa mempromosikan dirinya sebagai bangsa yang bebas dan merdeka sehingga memiliki satus dan peran yang sama dengan negara yang telah dulu merdeka. Meskipun kita sama-sama mengetahui bahwa banyak peristiwa yang lebih dulu memperakarsai dan nantinya menjadi cikal bakal kemerdekaan seperti sumpah pemuda1928. Disamping itu ada nilai lebih dari sebuah kemerdekaan yakni bersatunya seluruh element bangsa yang secara simultan menuju ke satu titik cita-cita yang sudah lama diimpikan yang berawal dari sebuah anggapan bahwa sudah saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Berbicara mengenai kemerdekaan tentu tidak lepas dari perjuangan dan partisipasi para aktornya (pejuang / pahlawan) baik yang tertulis dan diakui dalam sejarah ataupun yangn kurang dihargai bahkan terlupakan, karena saya meyakini kalau tidak semua mereka yang dimakamkan di makam pahlawan sebagai pahlawan (pahlawan nasional, pahlawan kemerdekaan atau apapun namanya). Dengan bemodalkan bambu runcing dan semangat, mereka mengusahakan kehidupan yang lebih layak bagi anak cucu mereka kelak meski kebanyakan dari mereka tidak merasakannya, memang kalau ditinjau dari segi materi dan persenjataan kala itu kita tak bisa dibanggakan tapi dengan semangat juang yang gigih mereka dapat meraih apa yang seharusnya menjadi milik kita dari tangan para penjajah. Marilah kita sejenak mengheningkan cipta bagi para pahlawan yang jasanya lebih besar dan lebih nyata dari jasa para superhero dadakan macam Spiderman, Superman, agen 007 yang selalu berpasangan dengan wanita-wanita cantik sebagai pendamping, dan dilengkapi persenjataan serba canggih, keahlian super dan yang paling gress (seolah) ada jaminan mereka tak mudah kalah dan mati.
Derap langkah nasionalisme yang saat ini belum sekeras dan setegas suara Bung Tomo dalam memekikkan Allahu Akbar guna membakar semangat patriotism prajuritnya. Semua dilalui dengan keberanian dan mimpi untuk membangun bangsa Indonesia yang bersatu dalam payung NKRI yang bersama-sama memakmurkan rakyat. Mengapa sekarang kita menjadi penakut, menjadi pengecut, menjadi ragu-ragu, menjadi saling mencurangi, menjadi saling mencakar, menjadi saling curiga. Mengapa kekuasaan menjadi rebutan, sementara tanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat cenderung diabaikan. Kesombongan intelektual liberalisme menguasai sistem ekonomi yang kita pilih sekarang, akibatnya ekonomi liberal yang liar mencabik-cabik kekayaan bangsa yang terbagi-bagi hanya di kalangan elit. Pemerintah hanya menjadi penagih pajak yang tunduk pada kekuasaan yang telah dikuasai elit politik dan penguasaha. Korupsi belum juga menunjukkan penurunan yang berarti, ketidakseimbangan dimana-mana, semangat separatisme masih bergelora seiring dengan antisipasi otonomi daerah yang miskin persiapan. Apa sesungguhnya yang terjadi dengan negeri Indonesia yang semakin sering dilanda bencana, baik bencana alamiah maupun yang dirancang oleh tangan-tangan jahat penghianat bangsa.

Merdeka Yang Utuh Untuk Selamanya

Merdeka yang dalam pengertian umum dikenal sebagai suatu keadaan dimana tidak ada lagi penjajahan oleh pihak asing dan negara yang bersangkutan bebas menjalankan pemerintahan yang dikehendaki. Dalam konteks ini negara kita sepertinya baru bisa menjalankan setengahnya saja, yakni tidak dijajah oleh piha asing, dalam artian secara resmi, meskipun tidak selamanya benar karena kita masih terlalu banyak mengadopsi tradisi dan ilmu yang sebenarnya tidak perlu dari segi manfaatnya. Begitu pula dengan pemerintahan yang berjalan, banyaknya kalangan yang menghendaki system yang digunakan sekarang diganti karena kurang efektif, hal tersebut sepertinya dapat dimaklumi karena jumlah penduduk negara kita yang sangat banyak, bisa jadi setiap dari kita akan selalu berbeda dalam menentukan system pemerintahan yang akan digunakan, tentunya dengan alasan dan kepentingan yang berbeda.
Kemerdekaan itu mahal, mau bukti, tanyakan pada para veteran perang kemerdekaan, masyarakat yang hingga kini masih hidup, saya tak bisa membayangkan berapa ribu nyawa melayang, berapa liter darah yang tumpah dan berapa pekikan (teriakan)
“merdeka” untuk benar-benar membuat itu manjadi nyata. Saat mengikui upacara Bendera (upacara kemerdekaan) 17 Agustus, tidak sedikit dari mereka yang menitikkan air mata seraya mengenang aksi heroic para sahabatnya dulu dalam menjunjung bangsa ini, berkumandangnya lagu indonesia raya mengigatkan mereka akan dentuman meriam dan granat pasukan penjajah. Teringat perasaan senasib ketika bangsa Indonesia berjuang mencapai kemerdekaannya.Teringat persahabatan sejati kebangsaan Indonesia mengusir penjajah yang telah merampok kekayaan dan harga diri bangsa selama berabad-abad. Betapa mahalnya harga dari sebuah kemerdekaan yang harus ditebus dengan mata uang yang bernama jiwa, darah, dan air mata.
Makna kemerdekaan adalah awal terwujudnya mimpi membangun bersama NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) untuk kesejahteraan rakyat. Menjaga keamanan seluruh warga dalam lindungan sistem hukum yang adil dan kokoh. Diperlukan keinsyafan massal tentang pentingnya kesadaran bersama dalam mengelola seluruh potensi bangsa. Kesimbangan SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDA (Sumber Daya Alam) adalah sarat mutlak untuk membentuk negara yang “bisa dan pantas” dipandang.
Makna kemerdekaan dalam kerangka demokrasi masih bisa menerima segala hiruk pikuk persaingan para elit politik untuk menjadi pengelola negara, namun semua itu dalam kepatuhan terhadap aturan main. Yang lebih penting lagi adalah keseriusan serta keberanian dalam menempuh jalan pembangunan yang akan berdampak luas dan positif bagi bangsa Indonesia. Segala perdebatan harus bisa dilaksanakan dalam semangat persatuan dan pada saatnya harus berhenti, para pihak harus mengerti dan mampu menerima secara legowo, seperti yang dipraktekan secara gentle oleh Pak Jusuf Kalla kapada SBY saat Pilpres lalu. Meskipun ada dendam dan sakit hati itu adalah sifat manusiawi, namun bila kebenaran sedang membimbing Indonesia Raya, kita patut mendukungnya. Sebaliknya bila kegelapan sedang berkuasa kita juga wajib menempuh langkah nyata untuk meneranginya.
Pemuda adalah tokoh sentral dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, saking besar peran kaum muda Bung Karno pernah berkata berikan saya sepuluh orang pemuda maka akan kuguncangkan dunia. Sampai saat ini pemuda selalu dianggap sebagai penggerak kegiatan bangsa dan mewarnainya, hal itu berpotensi besar menjadi sarana mengisi kemerdekaan kita, karena di banyak sector pemuda menjadi stick holder pembangunan bangsa, sebut saja atlit yang menjadi wajah Indonesia di kancah olahraga yang selalu mencoba menampakkan wajah Indoneisia di tiang tertinggi, para pelajar dan mahasiswa Indonesia sebagai cermin inetelektualitas bangsa dan masih banyak lagi. Dulu, dengan peci khas hitamnya, Soekarno telah menjadi wakil Indonesia di mata International, ia memahamkan kepada dunia Indonesia sebagai bangsa yang bermartabat seutuhnya. Sekarang giliran kita untuk andil dalam rangka menjadi mengisi kemerdekaan dan mempertahankannya. Merdeka dalam berkarya, merdeka dari campur tangan pihaka asing!.
Adanya pawai (yang menggambarkan keberagaman adat dan suku di Indonesia yang tidak mengganggu spiri Bhineka Tunggal Ika) tidaklah cukup manjadi bukti bahwa kita mengisi dan ikut andil dalam memperingati hari paling menentukan arah negeri ini. Kalau dalam agama ada orang yang disebut sebagai atheist, maka bagi orang yang tidak nasionalis akan disebut apa? kalau penghianat kayaknya terlalu berlebihan, mungkin yang tepatnya anasionalis.
Perjalanan untuk memahami dan memakai kemerdekan bukanlah seperti kita memahami sebuah rumus yang sulit, yang membutuhkan dan menyita banyak waktu, karena jalan terbaik untuk memahaminya adalah dengan kegiaan nyata dan aktif. Ada baiknya kita merasa seakan menjadi bangsa yang belum merdeka sehingga kita berusaha meraih apa yang namanya kemerdekaan yang utuh. Marilah kita jadikan momentum kemerdekaan ini sebagai sebuah langkah baru menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang yang lebih bermartabat. Merah darahku putih tulangku. [A3]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar